LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN UMUM/NILAI
A. Pendahuluan
Misi pendidikan umum/nilai adalah mempersiapkan manusia yang bahagia dan sejahtera, sedangkan tujuannya adalah membuat integrated person = a person as a person and as citizen (Natawidjaya, 1999:11). Makna pendidikan umum adalah membentuk manusia integrated yang bahagia sebagai individu maupun warga negara. Untuk itu Pendidikan umum/nilai memerlukan kepada landasan, baik filosofis, psikologis, sosial maupun landasan estetik.
Makalah yang kami sajikan akan membahas tentang landasan filosofis pendidikan umum/nilai. Landasan filosofis akan mengetengahkan akar pemikiran tentang hakekat manusia dari perspektif filsafat.
B. Pengertian Filosofis
Filosofis artinya berdasarkan filsafat (KBBI, 2005:317). Filsafat berasal dari Filsafat dari bahasa Yunani, philoshophia dan philosophos. Menurut bentuk kata, philoshophia dan philosophos berasal dari kata philos dan shopia atau philos dan shopos. Philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah (Sumarna, 2006:37)
Nasution (dalam Sumarna, 2006:38) menyebutkan bahwa Filsafat berasal dari struktur kata philos dan shopia, philos dan shopos atau philosopien. Filsafat berasal dari dua bahasa, yaitu bahasa Yunani (philein) dalam arti cinta dan (shopos) dalam arti wisdom/bijaksana. Orang Arab memindahkan kata philosopia ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikan tabe’at kata-kata bahasa Arab, yaitu filsafat dengan pola (wajan) fa’ala, fa’lalah, dan fi’al. Berdasarkan wajan tersebut maka penyebutan kata filsafat dalam bentuk kata benda seharusnya disebut falsafah atau filsaf. Kata filsafat yang banyak dipakai oleh masyarakat indonesia, sebenarnya bukan murni berasal dari bahasa Arab seperti tidak murninya filsafat terambil dari bahasa Barat, philophy.
Filsafat terambil dari dua bahasa yaitu fil dari bahasa Inggris dan safah dari bahasa Arab. Sehingga filsafat merupakan gabungan dari bahasa Inggris dan Arab. Filsafat artinya:
a) Pengetahuan tentang hikmah
b) Pengetahuan tentang prinsip atau dasar
c) Mencari kebenaran
d) Membahas dasar dari apa yang didengar
Berbicara tentang filsafat maka akan membawa kita pada tiga pembahasan dalam filsafat itu, yaitu teori hakekat (ontologi), teori pengetahuan (epistemologi), dan teori nilai (aksiologi).
Landasan filosofis pendidikan umum/nilai artinya landasan pendidikan umum berdasarkan filsafat dari sudut ontology, epistemology, dan aksiologi.
C. Landasan Filosofis Pendidikan Umum/Nilai
1. Teori Hakekat (Ontologi)
Ilmuwan menyebut bahwa teori hakekat ini sama dengan ontology yang tugasnya memberikan jawaban atas pertanyaan apa sebenarnya realitas sesuatu itu? Para ahli filsafat menjawab pertanyaan ini dengan
Karena dalam pendidikan yang menjadi pokok utama adalah manusia, maka landasan filosofis Pendidikan Umum/Nilai secara ontologis adalah untuk menjawab apa sebenarnya hakekat manusia.
Sebagian besar filsuf beranggapan bahwa hakekat manusia adalah hewan yang dapat didik (animal educandum). Hakekat manusia ini didukung oleh hakekat lainnya yang dikenal dalam sejarah pemikiran Eropa Barat sebagai homo sapiens (manusia yang mengetahui dan dibekali dengan akal), homo ludens (manusia yang bermain-main), homo recens (manusia yang membuat sejarah), homo faber (manusia teknis yang menggunakan alat-alat), homo simbolicum (manusia yang mengenal simbol-simbol bahasa), homo concors (manusia yang hidup seimbang antara dirinya dengan orang lain dan masyarakat sekitar), homo economicus (manusia sebagai makhluk ekonomi), dan animal rational (hewan yang rasional) (kartono dalam mulyana, 2004:125). Selain itu, ada pula pihak yang beranggapan bahawa hakekat manusia justru terletak pada semangat spiritualnya dalam menjalin hubungan dengan tuhannya. Menurut padnangan ini manusia yang paling hakiki adalah manusia yang beragama.
Sementara dalam pandangan Islam manusia memiliki kedudukan yang mulia, bukan sekedar sebagai binatang atau hewan yang dapat didik, manusia sebagai hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animals that reasons), tetapi manusia dalam pandangan Islam adalah sebagai makhluk (ciptaan) Allah yang mengemban tugas sebagai abid (hamba) dan khalifah (pemimpin).
Sebagai makhluk Allah (abid) manusia diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya (QS. Adzdzariyat:56), dan sebagai khalifah, manusia mengemban amanah atau tanggung jawab (responsibility) untuk berinisiatif dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang nyaman dan sejahtera; dan berupaya mencegah (preventif) terjadinya pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan perusakan lingkungan hidup (regional global) (Yusuf, 2007210).
Pada hakekatnya manusia dituntut untuk berakhlak dan bertanggung jawab dengan melalui suatu proses atau tahapan kehidupan dan berfikir. Manusia harus memiliki akal yang cerdas sebagai cendikia dan menghasilkan keterampilan serta mempunyai etos kerja yang baik sebagai contoh dalam masyarakat yang berbudaya.
Secara ontologis Pendidikan Umum/Nilai adalah pendidikan yang memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk dididik dengan bekal akal (ratio) yang menempatkan dirinya sebagai hamba Tuhan (baca Allah) dan memiliki tanggung jawab untuk memelihara nilai-nilai kemanusiaan di muka bumi.
2. Teori Pengetahuan (Epistemologi)
Teori pengetahuan atau sering disebut epistemology umumnya membicarakan tentang hakekat pengetahuan, yaitu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan pengetahuan. Dalam bidang ini dikaji soal sumber pengetahuan dan bagaimana manusia (bersifat metodologis) dalam memperoleh pengetahuan.
Landasan filosofis Pendidikan Umum/Nilai berdasarkan epistemology berkenaan dengan bagaimana cara menimba pengetahuan dalam pendidikan umum, prosesnya dan factor pendukungnya, agar memperoleh pengetahuan tentang Pendidikan Umum yang benar dan menemukan tentang hakekat kebenaran dan kriterianya.
Pendidikan Umum/nilai lahir pada masa kini untuk kebutuhan dimasa depan yang berdasarkan pengalaman masa lalu sebagai suatu aktualisasi daar ilmu pengetahuan yang terintegrasi dan didukung oleh wawasan kemandirian, komitmen seseorang untuk mampu berkontribusi terhadap peningkatan potensi sumber daya manusia agar bahagia dan sejahtera.
Pendidikan umum ditujukan untuk mengembangkan aspek kepribadian manusia. Pendidikan umum disebut juga oleh sebagian orang sebagai pendidikan nilai karena pendidikan umum berasumsi bahwa pribadi manusia itu merupakan entitas yang dinamis dan utuh. Dalam system kepribadian manusia ada dinamika atau proses-proses: pertumbuhan, organisasi, dan disorganisasi, integrasi dan diferensiasi. Dinamika atau proses-proses tersebut diantaranya dipengaruhi atau mengacu kepada nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut mencakup nilai-nilai: simbolik, empirik, estetik, etik, sinoetik, dan sinoptik. Sprenger menyebutnya nilai-nilai kebudayaan yang didalamnya mencakup nilai-nilai: ilmu pengetahuan, estetis, etis, religious, ekonomi, dan kekuasaan (Akbar dalam Mulyana, 1999:19). Maka dengan alasan itulah pendidikan umum disebut juga sebagai pendidikan nilai.
Daar utama Pendidikan umum adalah ilmu-ilmu alamiah, social, dan humaniora pilihan, dan ilmu pendidikan. Ilmu-ilmu tersebut telah berkembang tidak hanya bercabang-cabang dan beranting, tetapi juga meraksasa menjadi satu pohon besar. Pohon meraksasa itulah yang dianggap tepat sebagai tamtsil dari pendidikan umum. Akarnya adalah filsafat dan agama. Pohonnya, ilmu-ilmu:alamiah, social, humaniora, dan pendidikan. Cabang dan rantingnya adalah berbagai macam cabang ilmu dari murni sampai terapan. Sedangkan satu kesatuan pohon itu adalah Pendidikan umum.
Dengan analogi tersebut menandakan bahwa pendidikan umum meliputi berbagai macam ilmu. Semua ilmu harus dijiwai dengan nilai karena hal ini akan sangat berpengaruh kepada produk yang dihasilkan dari ilmu tersebut. Pendidikan yang didasari dengan nilai akan melahirkan para lulusan yang berkarakter baik. Tugas utama pendidikan adalah membangun karakter anak didik, atau dalam istilah orang Yunani pada 600 tahun SM adalah membantu manusia menjadi manusia, supaya tidak gagal menjadi manusia, karena ketika manusia gagal menjadi manusia maka dia akan menjadi hewan atau bahkan lebih hina daripadanya.
Kehancuran suatu bangsa disebabkan karenan adanya kesalahan dalam desain pendidikan. Pendidikan yang lebih berorientasi kepada ratio/mendewakan rasio akan melahirkan manusia yang berfahamkan positivisme dan akhirya akan melahirkan manusia yang sekuler. Pendidikan umum sebagai pendidikan nilai berupaya melahirkan manusia yang berkarakter/berakhlak bukan menjadi mansuia yang sekuler. Penguasaan teknologi yang diutamakan daripada pendidikan nilai akan menyebabkan manusia cenderung menolak keterkaitan antar jasmani dan ruhani, akibatnya manusia terasing tanpa makna, kehilangan orientasi, dan konsekwensinya lahir trauma kejiwaan dan ketidakstabilan. Bila hubungan hati dan akal telah diputuskan, manusia akan memperoleh kenyataan bahwa pertanyaan hidup ideal tidak pernah akan terjawab (Tafsir, 2007).
Untuk itulah maka pendidikan harus berdasarkan kepada nilai, dan untuk alasan itu pula kenapa pada Program studi Pendidikan Umum di Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung selalu disandingkan dengan pendidikan nilai bahkan penulisannya dipisahkan dengan garis miring.
3. Teori Nilai (Aksiologi)
Teori nilai terdiri dari dua suku kata, yaitu teore, dan kata nilai. Dua kata ini tampaknya terjemahan dari bahasa Yunani logos (akal dan teori) dan aksios (nilai atau suatu yang berharga). Para ahli filsafat menyebut teori nilai dengan aksiologi.
Landasan Filosofis Pendidikan Umum/Nilai adalah untuk menjawab pertanyaan tentang kegunaan pendidikan umum/nilai, bagaimana manusia harus hidup dan bertindak berdasarkan nilai yang benar baik dalam perspektif masyarakat maupun dalam perspektif agama?.
Upaya pendidikan umum diharapkan dapat melahirkan manusia yang memiliki criteria:
a. Qalbun Salim (manusia yang memiliki hati yang sehat).
b. Rabbaniyah (manusia yang memiliki potensi ruhaniyah), seperti fitrah (QS. 30:30), qalb (QS. 22:46) aql (QS. 3:190-191), potensi ini sebagai makhluk yang tertinggi martabatnya (QS. 17:70) yang berbeda dengan makhluk yang lainnya. Sebab manusia dengan kealimannya dan kebijaksanaannya, maka akan berlaku luwes dan fleksibel.
c. Qalbun Lathif (manusia mempunyai hati yang lunak) (QS. An-Nahl:78) bahwa Allah telah menyediakan bagi mereka neraka jahannam bagi manusia dan jin karena mereka mempunyai hati yang tidak dapat memahaminya, dimungkinkan sebab tidak memperhatikan akan perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk dari Allah Yang Maha Kuasa (Wahab dalam Mulyana, 1999:35).
Sedangkan menurut Dahlan (dalam Mulyana, 1999:13) Pendidikan umum/nilai diharapkan akan melahirkan manusia yang memiliki criteria:
a. Hilmun, yaitu kesanggupan atau kemampuan untuk menolak argumentasi orang yang bodoh dengan bahasa yang santun.
b. Wara, yaitu tidak rakus, rendah hati, yang mampu membentengi dirinya dari perbuatan maksiat.
c. Husnul khuluk, berakhlak baik sehingga ia bisa hidup di antara manusia.
D. Kesimpulan
Untuk menentukan body of knowledge Pendidikan umum/nilai sangat tergantung kepada filsafat apa yang dikembangkan dalam PU/Nilai. Barangkali untuk alasan itulah mengapa di PU/Nilai begitu banyak mata kuliah Filsafat, salah satu tujuannya adalah untuk menentukan arah Pendidikan Umum itu sendiri, akan dibawa kemana.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Rohmat, et. al. (1999). Cakrawala Pendidikan Umum Suatu Upaya Mempertegas Body Of Knowledge. Bandung: IMA-PU PPS IKIP.
Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Sumarna, Cecep. (2006). Filsafat Ilmu Dari Hakekat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Tafsir, Ahmad. (2007). Kembali Kepada Akhlak. Pikiran Rakyat (22 Oktober 2007).
Tim Penyusun Kamus. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar